Di tengah hiruk-pikuk kota besar seperti Bandung, ternyata masih ada nilai-nilai adab ketimuran yang terjaga, salah satunya terlihat ketika ada tetangga baru yang pindah ke lingkungan kami. Belum lama ini, seorang warga baru mengadakan syukuran sekaligus memperkenalkan diri kepada para tetangga di RT. Acara tersebut dihadiri oleh ibu-ibu pengajian dan seorang ustaz yang memberikan tausiyah, menjadikan momen ini sebagai ajang silaturahmi dan mempererat hubungan antar warga.
Tradisi memperkenalkan diri sebagai warga baru melalui acara syukuran ini sering disebut dengan “selamatan” di Jawa. Budaya ini mencerminkan rasa kebersamaan dan kepedulian antarwarga yang sangat penting, terlebih di tengah arus individualisme perkotaan yang semakin menguat. Saat ini, banyak orang cenderung hidup secara individual, kurang memperhatikan hubungan dengan tetangga dan lingkungan sekitar. Padahal, menjaga hubungan baik dengan tetangga adalah nilai yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Saya sendiri pernah mengalami hal yang serupa ketika pindah ke rumah baru. Meski saat itu tidak memiliki cukup uang untuk mengadakan acara hajatan besar, kami memilih cara yang lebih sederhana. Kami membeli beberapa kotak kue, lalu berkeliling ke rumah-rumah tetangga, mengetuk pintu, memperkenalkan diri, dan memberikan kue sebagai tanda silaturahmi. Meski sederhana, momen tersebut menjadi awal yang baik dalam membangun hubungan dengan tetangga baru.
Satu hal yang tak terlupakan adalah ketika pindah dari rumah kontrakan lama ke rumah baru, para tetangga di lingkungan lama datang beramai-ramai untuk melepas kepergian kami. Itu adalah wujud kebersamaan yang begitu hangat, menunjukkan bahwa hubungan baik yang terjalin dengan tetangga tidak hanya terhenti ketika kita berpindah tempat.
Hidup bertetangga sangatlah penting untuk dijaga. Ketika kita mengalami musibah, orang pertama yang akan membantu bukanlah keluarga jauh, melainkan tetangga terdekat. Oleh karena itu, membina hubungan baik dengan tetangga adalah investasi sosial yang berharga, yang dapat memberikan dukungan dalam berbagai situasi.
Budaya silaturahmi dan kepedulian ini sepatutnya terus dipertahankan di tengah kehidupan kota yang semakin individualistik, agar nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong tetap hidup di tengah masyarakat kita.
Cerita dari seorang teman di Bandung